ISD 6 : Masyarakat
Pedesaan dan Perkotaan
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Pengertian dan Ciri-Ciri Masyarakat Perkotaan
Masyarakat
terdiri dari 2 tipe, yakni masyarkat pedesaan dan perkotaan. Pengertian
masyarakat kota lebih ditekankan pada ciri-ciri kehidupan yang berbeda dengan
masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu
:
- Kehidupan keagaamaan kurang apabila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di pedesaan
- Pada umumnya orang kota mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Kehidupan masyarakat di kota sukar untuk disatukan karena perbedaan kepentingan, agama, paham politik dan lainnya.
- Pembagian kerja dalam masyarakat kota jauh lebih nyata batas-batasnya.
- Lebih besar kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan.
- Pemikiran masyarakat kota lebih rasional dibanding masyarakat pedesaan, menyebabkan interaksi terhadap masyarakat lebih didasarkan pada kepentingan daripada faktor pribadi.
- Jalan kehidupan yang cepat di kota menyebabkan waktu menjai faktor segalanya bagi warga kota.
- Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata sebab kota lebih terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Perbedaan Masyarakat Pedesaan dengan Masyarakat
Perkotaan :
- Kota memiliki penduduk yang lebih banyak daripada desa.
- Lingkungan hidup di pedesaan terasa lebih dekat dengan alam bebas, lingkungan perkotaan sebagian besar dilapisi beton dan aspal.
- Mata pencaharian masyarakat desa berada pada sektor ekonomi primer yaitu bidang agraris, sedangkan kota sektor ekonomi sekunder yaitu industri, dan ekonomi tersier yaitu bidang pelayanan jasa.
- Corak kehidupan sosial di desa masih homogen, sebaliknya di kota sangat heterogen karena disana saling bertemu suku bangsa, agama, kelompok dan masing-masing memiliki kepentingan berlainan.
- Stratifikasi sosial di kota jauh lebih komplek dibanding desa. Misalnya mereka yang memiliki keahlian pekerjaan yang memerlukan banyak pemikiran memiliki kedudukan dan upah yang tinggi dibanding tenaga kasar. Hal ini berakibat perbedaan yang menyolok antara si kaya dan si miskin.
- Perubahan sosial di kota jauh lebih cepat dibanding desa, baik secara vertikal yaitu perpindahan kedudukan yang lebih tinggi atau rendah, maupun perpindahan kedudukan yang setingkat atau horizontal.
- Pola interaksi pada masyarakat pedesaan adalah motif-motif sosial, dalam interaksi sosial selalu diusahakan agar kesatuan sosial tidak terganggu, konflik atau pertentangan sosial sebisa mungkin dihindarkan. Sebaliknya pada masyarakat perkotaan dalam interaksi lebih dipengaruhi oleh ekonomi daripada motif sosial. Selain itu juga motif non-sosial seperti politik dan pendidikan.
- Solidaritas sosial di desa lebih tinggi dibanding kota.
Hubungan Masyarakat Pedesaan dengan Perkotaan
Masyarakat
pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah satu sama lain,
karena terdapat hubungan erat yang bersifat ketergantungan. Kota tergantung
dengan desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan dan desa
juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota.
Sebaliknya kota menghasilkan barang-barang yang diperlukan oleh orang desa
seperti pakaian, alat dan obat pembasmi hama pertanian, obat untuk memelihara
kesehatan, alat transportasi, tenaga-tenaga dibidang jasa seperti tenaga medis,
montir-montir elektronika dan tenaga yan dapat membimbing dalam upaya
meingkatkan hasil pertanian, peternakan, perikanan.
Secara umum yang menjadi ciri-ciri masyarakat
pedesaan antara lain :
- Antara warga mempunyai hubungan yang mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat di luar batas-batas wilayahnya
- Sistem kehidpan umumnya berkelompok denagan dasar kekeluargaan (gemeinscharft atau pguyuban)
- Sebagian warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian, pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan part time sebagai pengisi waktu luang.
- Masyarakat homogen seperti dalam mata pencaharian, agama, adat istiadat dsb.
Hakikat dan
Sifat Masyarakat Pedesaan :
Masyarakat desa
yang agraris dipandang sebagai masyarakat yang tenang, hal itu terjadi karena
sifat keguyuban/ gemeinscharft sehingga oleh orang kota dianggap sebagai tempat
untuk melepaskan lelah.
Tetapi dalam
masyarakat desa terdapat pula perbedaan pendapat atau paham yang menyebabkan
ketegangan sosial, yaitu :
- Konflik/ pertengkaran, pertengkaran biasanya berkisar masalah sehari-hari/ rumah tangga juga pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan dsb.
- Kontroversi/ pertentangan, disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan/ adat istiadat, psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna/ black magic.
- Kompetisi/ persaingan, dapat besifat positif maupun negatif. Positif bila wujudnya saling meningkatkan prestasi dan produksi, negatif bila berhenti pada sifat iri.
Kegiatan Dari Masyarakat Pedesaan :
Masyarakat
pedesaan mempunyai penilain yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja
keras tanpa bantuan orang lain. Jadi masyarakat pedesaan bukan masyarakat yang
senang diam tanpa aktivitas. Pada umumnya masyarakat desa sudah bekerja dengan
keras tetapi para ahli lebih memberikan perangsang yang dapat menarik aktivitas
masyarakat pedesaan, dan menjaga agar cara dan irama bekerja bisa efektif dan
efisien serta kontinyu (diusahakan mengisi waktu-waktu kosong bekerja karena
keadaan musim/ iklim di indonesia)
http://mfaisalkemal.wordpress.com/2012/11/23/masyarakat-pedesaan-masyarakat-perkotaan-dan-pertentangan-sosial-integrasi-masyarakat/
CONTOH KASUS
Penyebaran Islam di Aceh berabad lalu menyisakan budaya dan tradisi yang masih dijalankan sampai sekarang. Meugang adalah salah satunya, tradisi yang dijalankan masyarakat Aceh saat Idul Fitri tiba.
Meugang, Makmeugang atau Makmuegang adalah tradisi menyembelih kurban berupa kambing atau sapi. Meugang dilakukan 3 kali setahun yakni di bulan Ramadan, Idul Adha, dan pastinya Idul Fitri.
"Meugang dilakukan 1 hari sebelum Lebaran. Masyarakat Aceh memotong kambing, sapi, kemudian dibagikan untuk orang-orang yang kurang mampu. Tujuan utamanya untuk menjalin silaturahmi," tutur M Antonio Gayo, Ketua Marketing and Creative Development komunitas I Love Aceh saat dihubungi detikTravel, Kamis (1/8/2013).
Sehari sebelum Lebaran, mulai pagi hari warga sudah mengerubungi masjid di dekat tempat tinggal. Tradisi Meugang ini tak hanya dilakukan di Banda Aceh, tapi juga seluruh Provinsi Aceh termasuk desa-desa terpencil. Kambing atau sapi kemudian disembelih, kemudian dibagikan kepada warga, atau dimasak dan dinikmati bersama.
"Ada yang langsung dibagikan, ada juga yang dimasak bareng-bareng oleh pemuda masjid setempat. Ada juga yang masak daging di rumah, kemudian membawanya ke masjid untuk dimakan bersama-sama," tambah Anton.
Meugang adalah tradisi yang sarat makna. Dari sisi religi, warga Aceh mensyukuri datangnya Idul Fitri. Meugang juga punya nilai-nilai positif lain yakni sedekah dan kebersamaan.
Kalau Anda pulang kampung ke Aceh dan menghabiskan Hari Idul Fitri di sana, jangan lewatkan tradisi yang satu ini ya!
http://travel.detik.com/read/2013/08/01/122259/2321150/1519/meugang-tradisi-unik-lebaran-di-aceh
PENDAPAT PRIBADI
CONTOH KASUS
Meugang, Tradisi Unik Lebaran di Aceh
Banda Aceh - Dijuluki Serambi Mekah, Provinsi Aceh punya tradisi unik sarat makna saat Hari Idul Fitri. Namanya Meugang, tradisi membeli daging kemudian memasak dan menikmatinya bersama keluarga dan anak yatim-piatu.Penyebaran Islam di Aceh berabad lalu menyisakan budaya dan tradisi yang masih dijalankan sampai sekarang. Meugang adalah salah satunya, tradisi yang dijalankan masyarakat Aceh saat Idul Fitri tiba.
Meugang, Makmeugang atau Makmuegang adalah tradisi menyembelih kurban berupa kambing atau sapi. Meugang dilakukan 3 kali setahun yakni di bulan Ramadan, Idul Adha, dan pastinya Idul Fitri.
"Meugang dilakukan 1 hari sebelum Lebaran. Masyarakat Aceh memotong kambing, sapi, kemudian dibagikan untuk orang-orang yang kurang mampu. Tujuan utamanya untuk menjalin silaturahmi," tutur M Antonio Gayo, Ketua Marketing and Creative Development komunitas I Love Aceh saat dihubungi detikTravel, Kamis (1/8/2013).
Sehari sebelum Lebaran, mulai pagi hari warga sudah mengerubungi masjid di dekat tempat tinggal. Tradisi Meugang ini tak hanya dilakukan di Banda Aceh, tapi juga seluruh Provinsi Aceh termasuk desa-desa terpencil. Kambing atau sapi kemudian disembelih, kemudian dibagikan kepada warga, atau dimasak dan dinikmati bersama.
"Ada yang langsung dibagikan, ada juga yang dimasak bareng-bareng oleh pemuda masjid setempat. Ada juga yang masak daging di rumah, kemudian membawanya ke masjid untuk dimakan bersama-sama," tambah Anton.
Meugang adalah tradisi yang sarat makna. Dari sisi religi, warga Aceh mensyukuri datangnya Idul Fitri. Meugang juga punya nilai-nilai positif lain yakni sedekah dan kebersamaan.
Kalau Anda pulang kampung ke Aceh dan menghabiskan Hari Idul Fitri di sana, jangan lewatkan tradisi yang satu ini ya!
http://travel.detik.com/read/2013/08/01/122259/2321150/1519/meugang-tradisi-unik-lebaran-di-aceh
PENDAPAT PRIBADI
Contohnya adalah
lingkungan tempat tinggal saya sendiri yang termasuk daerah pinggir perkotaan /
perkampungan. Dalam satu perkampungan ini bisa terdiri dari sebuah keluarga
besar yang tinggal berdekatan, misalnya kakak tinggal di RT sebelah, sementara
adiknya di RT yang berbeda, begitu pula misalnya ada pernikahan yang ternyata
pasangan A tinggal di perkampungan sini dan ternyata berjodoh dengan seseorang
yang tinggal di RW sebelah yang jaraknya cukup dekat. Hal ini salah satu
penyebab mengapa masyarakat pedesaan / perkampungan menjadi satu kekeluargaan
yang cukup dekat.
Berbeda dengan
masyarakat perkotaan modern yang cenderung memiliki pemikiran terbuka dan
tingkat pendidikan yang tinggi. Mereka lebih adaptif dan lebih menerima sesuatu
yang baru dengan pemikiran yang maju dan terbuka. Kadang juga penduduk
perkotaan lebih cenderung individualis. Berbeda dengan masyarakat pedesaaan,
kurangnya rasa kebersamaan sehingga mereka cenderung hidup dalam kelompok
sosial yang jelas misalnya si kaya, si miskin, si pintar, si pengusahan dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar