ISD 3 : PEMUDA DAN
SOSIALISASI
PENDAHULUAN
Pemuda adalah
sekolompok orang yang mempunyai semangat dan sedang dalam tahap pencarian jati
diri. Pemuda juga merupakan generasi penerus bangsa. Beberapa orang mengatakan,
pemuda tidak dilihat dari usianya melainkan dari semangatnya. Maju mundurnya
suatu bangsa tidak lepas dari peranan para pemuda. Karena kalau bukan para
pemuda pemuda, siapa lagi yang akan meneruskan perjuangan bangsa kita
kedepannya.
Sosialisasi
adalah proses yang membantu individu melalui media pembelajaran dan penyesuaian
diri, bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi,
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.Kedua definisi diatas
sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia di muka bumi ini, untuk saling bersosialisasi
antara satu sama lain.
Masalah-masalah
yang menyangkut generasi muda dewasa ini adalah:
1. Dirasakan menurunnya jiwa nasionalisme, idealisme dan patriotisme di kalangan generasi muda
2. Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya
3. Belum seimbangnya jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia
4. Kurangnya lapangan dan kesempatan kerja
.
5. Kurangnya gizi yang dapat menghambat pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasan
5. Kurangnya gizi yang dapat menghambat pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasan
6 Masih banyaknya perkawinan-perkawinan di bawah umur
7. Adanya generasi muda yang menderita fisik dan mental
8. Pergaulan bebas
9. Meningkatnya kenakalan remaja, penyalahagunaan narkotika
10. Belum adanya peraturan perundang-undangan yang mengangkut generasi muda.
Sosialisasi
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. memberikan keterampilan kepada seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat
2. mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif
3. membantu mengendalikan fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
4. Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat.
http://dadangdaelimi.wordpress.com/2012/10/27/pemuda-dan-sosialisasi/
Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan
dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang
mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu,
sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui
pendidikan dan perkembangannya. Oleh
karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang.
Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap
diri sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran
terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai
kedirian subyektif yang sulit dipelajari
CONTOH KASUS
Hal itu seperti yang dikatakan Achmad Rofi'i, Kasi Urusan Agama Islam (URAIS) di Kemenag Kabupaten Pasuruan, saat menjadi pembicara dalam sosialisasi bahayanya pernikahan dini, di MAN Bangil, rabu (07/11).
Menurutnya, kasus pernikahan dini kerapkali terjadi, khususnya di daerah dengan tingkat pendidikan rendah, seperi kecamatan lekok, grati, nguling, maupun di daerah yang memiliki kultur budaya yang masih melekat, seperti kecamatan tosari.
"Memang tidak ada laporan langsung dari semua KUA (Kantor Urusan Agama) di 24 kecamatan. Akan tetapi, kami memastikan masih banyak kasus pernikahan dini di Kabupaten Pasuruan, terutama pada wilayah yang tingkat kesadaran akan pendidikan masih rendah," ujar pria yang sebelumnya menjabat sebagai Kasi Haji dan Umroh itu.
Ditanya mengenai penyebab masih banyaknya kasus pernikahan dini di kabupaten pasuruan, secara terang-terangan Rofi'i menegaskan, ada beberapa faktor, di antaranya faktor ekonomi, pendidikan, serta masalah budaya.
Untuk masalah ekonomi, Rofi'i mengatakan, mayoritas penduduk yang tinggal di daerah perbatasan, lepas pantai maupun pegunungan bermata pencaharian sebagai petani, nelayan, maupun peternak sapi hingga buruh, yang tergolong berada pada tingkat ekonomo menengah ke bawah.
"Aktivitas pemuda dan anak-anak umumnya membantu orang tuanya bertani atau profesi lainnya. Dengan tantangan hidup seperti itu, dampak pada tingkat kesadaran pendidikan, mereka kurang memperhatikan tentang masalah pendidikan," kata Rofi'i sesaat setelah memberikan sambutannya di hadapan 300 pelajar MAN Bangil yang memenuhi aula sekolah tersebut.
Sementara untuk permasalahan pendidikan, terlebih keinginan untuk bersekolah, menurut Rofi'i merupakan aktivitas sampingan bagi kebanyakan anak-anak dan remaja di daerah dengan tingkat kesadaran pendidikan yang rendah, terlebih karena hari-harinya sudah disibukkan dengan membantu orang tuanya.
"Umumnya remaja dan anak - anak diajarkan tata cara bertani dan beternak yang baik, di samping sebagai pembekalan untuk menghidupi dirinya dan keluarganya kelak ketika ia sudah dewasa. Kebanyakan warga desa kurang memperhatikan tingkat kematangan kepribadian individu saat melangsungkan pernikahan. Mereka umumnya menikah pada masa remaja, tatkala masih baru pertama mempunyai rasa suka terhadap lawan jenis dan tingkat pendewasaan yang belum sempurna," imbuh Rofi'i kepada Radio Suara Pasuruan.
Dari semua permasalahan yang terjadi di Kabupaten Pasuruan menurut Rofi'i, harus segera dicarikan jalan keluar, terutama untuk semakin mengurangi tingginya kasus pernikahan dini.
Beberapa cara dapat ditempuh, di antaranya pendirian sekolah baru setingkat SLTP, Menambah tenaga pendidik untuk mengatasi kekurangan tenaga pendidik, Penyuluhan terkait pernikahan dini, khususnya untuk mengubah tradisi tentang pernikahan dini dengan berbagai dampak buruknya, serta penanaman tentang pernikahan dini sejak dini, kepada warga dengan berbagai dampak negatifnya.
"Semuanya harus kompak, demi tercapainya kabupaten pasuruan yang bebas dari pernikahan dini," pungkasnya. (EMIL)
http://107fm.pasuruankab.go.id/content-829-kasus-pernikahan-dini-di-kabupaten-pasuruan-masih-banyak.html
Melalui proses
sosialisasi, seorang pemuda akna terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan
hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan
proses sosialisasi, seseorang menajdi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku
di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan
tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab.
Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal
ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar
dan menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir
kelompoknya gar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi
merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan
hubungannya degnan sistem sosial.
CONTOH KASUS
KASUS PERNIKAHAN DINI DI KABUPATEN PASURUAN MASIH BANYAK
SUARA PASURUAN - Sekalipun belum ada catatan resmi mengenai jumlahnya, akan tetapi kasus pernikahan dini di Kabupaten Pasuruan masih terjadi, terutama di daerah-daerah perbatasan maupun jauh dari sentuhan teknologi.Hal itu seperti yang dikatakan Achmad Rofi'i, Kasi Urusan Agama Islam (URAIS) di Kemenag Kabupaten Pasuruan, saat menjadi pembicara dalam sosialisasi bahayanya pernikahan dini, di MAN Bangil, rabu (07/11).
Menurutnya, kasus pernikahan dini kerapkali terjadi, khususnya di daerah dengan tingkat pendidikan rendah, seperi kecamatan lekok, grati, nguling, maupun di daerah yang memiliki kultur budaya yang masih melekat, seperti kecamatan tosari.
"Memang tidak ada laporan langsung dari semua KUA (Kantor Urusan Agama) di 24 kecamatan. Akan tetapi, kami memastikan masih banyak kasus pernikahan dini di Kabupaten Pasuruan, terutama pada wilayah yang tingkat kesadaran akan pendidikan masih rendah," ujar pria yang sebelumnya menjabat sebagai Kasi Haji dan Umroh itu.
Ditanya mengenai penyebab masih banyaknya kasus pernikahan dini di kabupaten pasuruan, secara terang-terangan Rofi'i menegaskan, ada beberapa faktor, di antaranya faktor ekonomi, pendidikan, serta masalah budaya.
Untuk masalah ekonomi, Rofi'i mengatakan, mayoritas penduduk yang tinggal di daerah perbatasan, lepas pantai maupun pegunungan bermata pencaharian sebagai petani, nelayan, maupun peternak sapi hingga buruh, yang tergolong berada pada tingkat ekonomo menengah ke bawah.
"Aktivitas pemuda dan anak-anak umumnya membantu orang tuanya bertani atau profesi lainnya. Dengan tantangan hidup seperti itu, dampak pada tingkat kesadaran pendidikan, mereka kurang memperhatikan tentang masalah pendidikan," kata Rofi'i sesaat setelah memberikan sambutannya di hadapan 300 pelajar MAN Bangil yang memenuhi aula sekolah tersebut.
Sementara untuk permasalahan pendidikan, terlebih keinginan untuk bersekolah, menurut Rofi'i merupakan aktivitas sampingan bagi kebanyakan anak-anak dan remaja di daerah dengan tingkat kesadaran pendidikan yang rendah, terlebih karena hari-harinya sudah disibukkan dengan membantu orang tuanya.
"Umumnya remaja dan anak - anak diajarkan tata cara bertani dan beternak yang baik, di samping sebagai pembekalan untuk menghidupi dirinya dan keluarganya kelak ketika ia sudah dewasa. Kebanyakan warga desa kurang memperhatikan tingkat kematangan kepribadian individu saat melangsungkan pernikahan. Mereka umumnya menikah pada masa remaja, tatkala masih baru pertama mempunyai rasa suka terhadap lawan jenis dan tingkat pendewasaan yang belum sempurna," imbuh Rofi'i kepada Radio Suara Pasuruan.
Dari semua permasalahan yang terjadi di Kabupaten Pasuruan menurut Rofi'i, harus segera dicarikan jalan keluar, terutama untuk semakin mengurangi tingginya kasus pernikahan dini.
Beberapa cara dapat ditempuh, di antaranya pendirian sekolah baru setingkat SLTP, Menambah tenaga pendidik untuk mengatasi kekurangan tenaga pendidik, Penyuluhan terkait pernikahan dini, khususnya untuk mengubah tradisi tentang pernikahan dini dengan berbagai dampak buruknya, serta penanaman tentang pernikahan dini sejak dini, kepada warga dengan berbagai dampak negatifnya.
"Semuanya harus kompak, demi tercapainya kabupaten pasuruan yang bebas dari pernikahan dini," pungkasnya. (EMIL)
http://107fm.pasuruankab.go.id/content-829-kasus-pernikahan-dini-di-kabupaten-pasuruan-masih-banyak.html
PENDAPAT PRIBADI
Salah satu
contoh masalah yang berhubungan dengan pemuda dan sosialisasi adalah, masalah
pernikahan usia dini yang meningkat jumlahnya.
Angka pernikahan
dini semakin meningkat dengan usia yang cukup muda. Ini dikarenankan
sosialisasi kepada penduduk usia muda dan masih tergolong produktif akan
pentingnya keluarga berencana dan pernikahan di usia yang cukup matang. Ada
beberapa kalangan usia muda saat ini yang mereka sudah merasa mampu secara
finansial walaupun belum terlalu memadai tapi memaksakan untuk menikah.
Pergaulan bebas bisa juga menjadi masalah berikutnya, menyebabkan pernikahan
dini yang tidak diinginkan, kelahiran anak yang tidak direncanakan dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar